Rekam Jejak Raja Dangdut Rhoma Irama di Panggung Politik Jadi Magnet Suara di Tiap Pemilu - JagoDangdut

Rekam Jejak Raja Dangdut Rhoma Irama di Panggung Politik Jadi Magnet Suara di Tiap Pemilu

Rekam Jejak Raja Dangdut Rhoma Irama di Panggung Politik
Sumber :
Share :

JagoDangdutPemilu 1977 menjadi ajang pesta demokrasi kedua dalam sejarah pemerintahan Orde Baru.

Dominasi Golkar sebagai peserta pemilu tak lepas dari strategi kampanyenya yang kerap melibatkan artis-artis terkenal seperti Edy Soed, Bing Slamet dan para artis pendukung Golkar lainnya berhimpun dalam Organisasi Artis Safari Golkar.

Rhoma Irama yang membentuk grup dangdut Soneta pada 1973 memilih jalan pedang dengan menjadi simpatisan PPP.

Pada masa kampanye Pemilu 1977 Rhoma resmi memulai debutnya sebagai juru kampanye PPP yang ketika itu dipimpin Djaelani Naro.

Bermodalkan lagu-lagu hits dan peran di sejumlah film, sosok Rhoma sukses menjadi magnet bagi masyarakat menghadiri kampanye-kampanye yang digelar PPP.

Pengaruh besar Rhoma menggaet massa disebut-sebut turut andil membuat perolehan suara Golkar di Jakarta kalah dari PPP, saat Pemilu 1977.

Kendati hanya bertindak sebagai simpatisan namun keterlibatan Rhoma di PPP membuat rezim Orde Baru cukup kegerahan. Maklum pamornya sebagai aktor, musikus, di era itu sedang terang-terangnya.

Apalagi lagu-lagu dangdut ciptaannya yang dekat dengan kalangan rakyat juga sarat muatan kritik terhadap kebobrokan pemerintahan dan bermacam fenomena sosial di masyarakat.

Seperti misalnya, lagu ‘Hak Asasi’ yang ditafsirkan sebagai kritik atas pemerintahan represif Presiden Soeharto. Tak ayal Rhoma kerap mendapat ancaman hingga dicekal tampil di TVRI kurun 1977-1988.

"Dengan belati di Medan, dengan golok di Palembang, dengan peluru di Jember, pake granat di Jawa Timur," tulis Moh Shofan dalam buku 'Rhoma Irama: Politik Dakwah dalam Nada' yang dirilis tahun 2014 lalu.

Menjelang Pemilu 1987 Rhoma Irama menyatakan pamit dari PPP dan mundur dari dunia politik praktis. Ketua Umum Golkar Sudharmono sempat menawari Rhoma bergabung namun ditolak.

Selepas mundur dari PPP Rhoma kembali bisa tampil di TVRI. Namun lagu-lagu kritisnya terhadap kebijakan penguasa tetap bermunculan, salah satu yang terkenal berjudul "Judi".

Melepaskan diri dari dunia partai politik Rhoma justru terpilih menjadi anggota MPR yang mewakili utusan golongan seniman artis. Ia duduk di posisi ini dari 1992 hingga 1997.

Namun, pada tahun 2008, Rhoma kembali ke PPP. Ketum PPP saat itu, Suryadharma Ali, menyebut Rhoma telah berikrar untuk membesarkan PPP.

Tahun 2009, Rhoma Irama aktif kampanye PPP dan sekitar Maret 2013, masih hadir dan memberikan orasi di Harlah DPW PPP DKI Jakarta.

Rhoma pernah melontarkan pernyataan kontroversial pada Pilgub DKI 2012. Setahun kemudian, namanya masuk dalam bakal caleg dari PKB. Rhoma Irama dan putranya, Ridho Rhoma pun masuk daftar caleg PKB.

Kemudian jelang Pemilu 2014, nama Rhoma muncul sebagai salah satu kandidat calon presiden dari PKB. Sebuah baliho besar bergambar dirinya menunggang kuda terpasang di sejumlah titik di Jakarta pada November 2013.

Rhoma lalu menyatakan kesiapannya jadi capres. Meski kemudian diangap terlalu dini.

"Maka jika ada amanah dari para habib, ini saya anggap sebagai amanah dari Allah SWT. Kalau memang dukungan ini konkret, kalau ada parpol sebagai kendaraan politik dengan bismillaahirrahmaanirrahiim, saya siap jadi capres di Indonesia, pada tahun 2014," ujar Rhoma di majelis taklim Al Habib Ali Al Habsyi di Kwitang, Jakarta Pusat, Minggu (11/11/2013).

Pada akhirnya PKB memilih Joko Widodo untuk diusung jadi capres 2014. Namun Rhoma tak lantas mendukung Jokowi. Sang Raja Dangdut kemudian jadi pendukung Prabowo Subianto kala itu.

Setelah Pemilu 2014 berakhir, Rhoma mendirikan Partai Idaman, dan pada konstentasi Pemilu 2019,  

Rhoma Irama sebelumnya merupakan Ketua Umum Partai Islam, Damai, Aman (Idaman). Setelah partainya tak lolos untuk jadi peserta Pemilu 2019,  dia membawa kendaraan politiknya itu untuk 'diakuisisi' PAN.

"Bang Haji Rhoma Irama dan Bang Zulkifli memiliki kesamaan pandangan politik dalam membangun kemajuan umat dan bangsa," kata Waketum PAN Viva Yoga Mauladi kepada wartawan, Jumat (11/5/2018).

Bergabungnya Partai Idaman ke PAN ditandai dengan pertemuan Rhoma dengan Ketum PAN Zulkifli Hasan, termasuk beberapa kader Partai Idaman yang ikut nyaleg dari PAN.

Namun, seiring berjalannya waktu, Rhoma Irama pun memutuskan untuk membubarkan Partai Idaman dan hingga kini sang legenda dangdut itu memilih untuk tetap aktif bermusik dan berdakwah.

Meski tidak aktif di kegiatan politik, Rhoma Irama masih terus menjadi magnet bagi para politisi. Pada Selasa, 6 Desember 2022, Plt Ketum PPP M. Mardiono menyambangi Rhoma di Studio Soneta Record, Depok, Jawa Barat.

Mardiono menyatakan Rhoma masih mencintai PPP namun butuh waktu untuk mencari cara membesarkan partai ini.

"Tadi beliau menyampaikan bahwa memang masih cinta terhadap PPP. Beliau juga akan istikarah mencari cara bagaimana mengembalikan PPP agar besar lagi,” kata Mardiono kala itu.

Rhoma merupakan deklarator Gerakan Pemuda Kabah yang menjadi salah satu ormas sayap PPP. Mardiono menyebut Rhoma menitip pesan kepada kader GPK agar konsisten mengawal perjuangan PPP dengan cara berperan aktif menaikan perolehan suara pada Pemilu 2024.

"Sehingga nanti pada 2024 PPP mendapat kursi sebanyak-banyaknya dan berpengaruh kepada produk perundang-undangan kita," ujar Mardiono.

Share :
Berita Terkait